Akhir-akhir ini banyak sekali istilah-istilah baru untuk
dunia traveling. Para treveler juga semakin terbagi-bagi menurut gaya bepergian mereka.
Istilah-istilah seperti backpacker, flashpacker, ataupun yang tidak terlalu
asing lagi, turis,
Turis atau traveler, backpacker atau flashpacker, hanyalah
konsep dan identitas. Secara umum, perjalanan yang dilakukan seseorang akan
memberikan dampak. Yang paling nyata adalah dampak ekonomi pada jasa dan produk
yang dipakainya, misal: transportasi atau akomodasi.
Disini akan kita bahas mengenai backpacker atau flashpacker,
Apa sih sebenarnya perbedaannya, dan sebenarnya kamu masuk ke tipe Traveller yang mana?
Backpacker
Backpacker, istilah keren ini seringkali kita dengar di
forum-forum traveling. Backpacker adalah gaya
jalan-jalan yang mengutamakan kebebasan, dan tentu saja, keiritan.
Demi menabung untuk jalan-jalan, dibela-belain deh
makan mie instan doang tiap menjelang akhir bulan.
Para backpacker ini adalah
pemegang teguh prinsip ekonomi: mereka berusaha membeli pengalaman dengan biaya
seminimal mungkin.
|
Prinsip Backpacker 1 : Kalau dengan murah bisa ke
tempat-tempat keren, ngapain harus mahal? |
Biasanya kaum Backpacker ini hanya mengandalkan carrrier
atau backpack untuk membawa semua barang-barangnya. Mereka hanya membawa barang
yang paling penting saja, agar tidak terlalu membebani perjalanan.
Demi beban bawaan yang ringan, mereka rela bawa pakaian
secukupnya, yang penting fungsional. Ganti pun kalau perlu aja. Pakaian kotor?
Cuci sendiri di wastafel.
Kebanyakan kaum backpacker adalah anak-anak muda yang berkantong cekak namun
doyan jalan-jalan. orientasi mereka adalah budget, namun tentu saja, mereka
tidak melupakan aspek keindahan tempat wisata.
Ada
alternatif transportasi yang lebih murah, itulah yang diambil. Gak masalah
meski harus menempuh perjalanan selama berhari-hari, atau berbagi
kursi dengan ibu-ibu tua, bapak-bapak perokok, sampai hewan hidup.
|
Prinsip Backpacker 2 : Kunjungi tempat antimainstream |
Backpacker sangat jarang berdiam atau stay di suatu tempat dalam
waktu lama, mereka cenderung ingin mengeksplore tempat baru, tempat yang jarang
dikunjungi turis, dan berinteraksi dengan orang lokal.
|
Prinsip Backpacker 3 : Yang penting bisa tidur, nggak peduli
dimana |
Backpacker jarang sekali menginap di hotel. Mereka lebih
memilih rumah singgah, couchsurfing, bikin tenda, atau menginap di
stasiun/terminal bus. Hotel adalah pilihan terakhir mereka, itupun biasanya
memilih hotel melati dengan harga seminim mungkin.
|
Prinsip Backpacker 4 : Makan untuk hidup, udah cukup itu
doang |
Soal makanan, mereka juga ga pilih-pilih, intinya kembali ke
prinsip 1, MURAH. Banyakin nasinya, habis perkara, yang penting kenyang. ehehe.
|
Prinsip Backpacker 5 :Apa adanya, yang penting jalan-jalan |
Penampilan juga nggak terlalu mereka pedulikan. Namun ada
beberapa perlengkapan wajib seperti, sleeping bag & matras, tas carrier,
tas daypack, sepatu lapangan, ataupun celana cargo. Barang-barang ini bukan
kemewahan buat para backpacker. Justru membeli barang-barang ini seperti
layaknya investasi karena akan sangat menunjang kegiatan backpacking mereka nanti.
Flashpacker
Istilah ini baru muncul di sekitar tahun 2000an. Flashpacker
memang kata yang terbilang baru dan kurang populer dibandingkan dengan
backpacker ataupun turis.
Kalau backpacker adalah traveler yang serba irit,
flashpacker adalah traveler yang sedikit lebih “tidak memperhatikan duit”
daripada backpacker. Flashpacker adalah kaum yang memposisikan diri diantara
Backpacker dan Turis.
Sebenarnya Backpacker dan Flashpacker memiliki beberapa
kesamaan mendasar. Contohnya adalah dari segi kebebasan waktu, kedua tipe
tersebut sama-sama mencintai kebebasan waktu dalam traveling.
Flashpacker didominasi oleh anak-anak muda yang mendapat
dukungan finansial yang lumayan dari orang tua, atau sudah punya penghasilan
sendiri. Makanya, golongan ini bisa menabung untuk jalan-jalan dengan jumlah
yang lumayan tanpa perlu prihatin di akhir bulan.
|
Prinsip Flashpacker 1 : Bebas itu harus, namun nyaman itu
juga wajib |
Mereka tidak suka diatur oleh travel agent dan cenderung
merencanakan perjalanan mereka sendiri. Bedanya, kalau Backpacker itu “budget
oriented”, maka Flashpacker lebih “experience oriented” sehingga mereka
mengutamakan pengalaman traveling yang berkesan, sehingga lebih agak longgar
terhadap budget.
|
Prinsip Flashpacker 2 : Daripada pergi naik Bus dan
menghabiskan puluhan jam perjalanan, mending naik pesawat. |
Bagi para Flashpacker, traveling yang berkesan lebih utama
daripada irit, Mereka nggak akan mau merusak acara jalan-jalan dengan tidur di
emperan dan resiko kemalingan. Mereka akan mencari hotel budget yang nyaman di
sekitaran harga Rp 200ribuan per malam.
|
Prinsip Flashpacker 3 : Agak mahal dikit naik Jeep ke Bromo
nggak masalah, yang penting lihat sunrise tercapai. |
Para Flashpacker ini biasanya juga kaum muda, namun mereka
kebanyakan sudah punya penghasilan sendiri (atau orang tuanya tajir). Mereka
mempertimbangkan soal waktu karena dikejar persoalan kerjaan.
Flashpacker mau bayar sedikit mahal agar experience yang
mereka inginkan tercapai. Walaupun orientasi mereka pengalaman berbasis kenyamanan
(halah) mereka juga nggak suka yang mewah-mewah. Bedakan antara nyaman dan
mewah yaa.
Pepatah Jawa ‘ono rego ono rupo’ (ada harga ada
kualitas) inilah yang dipegang oleh flashpacker. Mereka gak ragu membayar lebih
demi pengalaman yang mereka inginkan. Misalnya, nyewa jip yang harganya ratusan
ribu demi merasakan serunya Lava Tour Merapi.
|
Prinsip Flashpacker 4 : Tetep stylish biar pantes diposting
di social media |
Selain nyaman, penampilan itu penting, kalau backpacker
menyimpan baju kotor dan peralatan mandi di tas kresek, Flashpacker punya
tempat khusus dong. Mereka juga bawa kamera SLR dan berbagai macam gadget untuk
menunjang dokumentasi mereka. Selain untuk socmed, mereka juga biasanya jago
fotografi dan memang handal mendokumentasikan perjalanan wisata.
Jadi termasuk tipe Traveller yang manakah anda?
Taufik Batubara
Note : Data dan gambar dari berbagai sumber